JOGJA PART II



Melanjutkan cerita sebelumnya, tentang kami si pengangguran yang sedang berlibur.


 
Pagi-pagi kami yang sudah bugar kembali, punya planing list menghabiskan hari ke-dua dijogja dengan pergi ke candi prambanan, taman sari, pantai indrayanti dan last place nya adalah malioboro (lagi). 


Karena ga mau ngaret, kami yang udah siap jalan-jalan ini segera pergi ke halte trans jogja dengan tujuan halte candi prambanan. Sejujurnya nih, kami semua adalah seorang first timer penumpang trans, jadi ya wajar masih rada norak. Begitu tahu ongkos cuma tiga rebu lima ratus untuk perjalanan jauh aja kami masih terheran-heran, belum lagi didalem bus nya bersih, wangi, pake ac, pokoknya murah meriah lah.






Jarak dari halte tujuan kami dengan pintu masuk candi memang lumayan jauh kalau ga ditempuh sama kendaraan, ketika turun dari halte pun sebenarnya banyak yang menawarkan jasa transportasi tapi berhubung kami perempuan-perempuan strong (baca: bokek) jadi kami memilih jalan kaki saja.

Suasana disana asri banget, apalagi ditambah dengan alunan gamelan terdengar dari speaker disetiap sudut, rasanya makin tercipta suasana dikerajaan dahulu kala. Kalau masih belum puas berkeliling di candi prambanan sebenarnya berkunjung ke candi-candi lainya bisa banget tuh tapi ya jelas tarif akan lebih mahal. Kalau kami sih udah cape dan kehabisan gaya menghabiskan waktu hanya di candi prambanan pun, lagian cuaca sedang terang benderang, rasanya sudah ingin istrirahat lagi padahal alat tempur seperti payung, topi dan kacamata pun sudah dipasang semua supaya lebih betah. Karena keasyikan senyum-senyum depan kamera, kami jadi lupa bahwa kami belum sarapan apa-apa ternyata.


 (w for weekend)


*Eh ngomong-ngomong, seragam kami terlihat seperti sekumpulan training yang kesasar wahahaha

Sehabis pulang dari candi prambanan, sebelum melanjutkan list berikutnya kami yang terhimpit tekanan rasa lapar akhirnya memilih mampir sebentar ke malioboro untuk mencari tempat makan murah dipinggiran trotoar. Saat itu matahari jogja tidak kasih ampun, panas luar biasa. Rasanya ingin nyebur ke mangkok es campur, berenang bareng buah-buahan dan cendol-cendol disana.

Pilihan kami untuk menangani rasa lapar pun jatuh pada tukang ayam geprek. Whoaa sambelnya gokil, bikin meler sebadan-badan. Sampai-sampai tanganku pun jadi panas seharian.

 

Anyway diantara kami ber-lima, badan aku emang yang paling kurus tapi aku ga so jaim buat minta nambah nasi, toh bukan acara lagi ngedate sama pacar, nasi cuma secentong gitu yaelah mana cukup buat perut yang warganya lagi pada demo ehehe

Asal kalian tahu, selain kami kepedesan sama si sambal ayam geprek ini, kami juga kepedesan sama harganya, mahal banget coy!!! Udah kaya digetok harga aja, mau mengelak juga ga bisa karena price tag terpangpang nyata didaftar menu. Ya ini mah emang kita-kitanya aja yang bego. Kalau aku banding-bandingin nih, makan satu potong ayam geprek disana masih bisa dituker sama makan nasi rames 3 bungkus di warteg sini. Jadi berasa dosa deh makan ayam geprek, hiks.

Masalah perut sudah kami atasi, kami siap untuk pasang pose lagi ke lain tempat, yaitu ke taman sari. Untuk sampai kesana kami pake jasa transportasi online lagi, ongkosnya dari lokasi malioboro kalo ga salah sih cuma sepuluh ribu, aku lupa. 

Melihat dari sekedar foto-foto di internet memang benar taman sari ini so epic meeen. Sangat terasa bangunan kuno ini begitu terjaga, bersih dan menenangkan. Jadi menurut informasi yang sedikit aku tahu bahwa kolam-kolam disana adalah tempat pemandian raja dan selir-selir, atau kalau kalian ingin lebih tahu banyak soal taman sari itu sendiri kalian bisa gali informasi dengan googling langsung. 



Di kawasana taman sari ini terbagi menjadi beberapa bangunan yang tidak begitu berdekatan, sehingga area nya pun sudah menyatu dengan perkampungan warga, jadi cukup membingungkan bagi yang baru saja berkunjung, dengan percaya diri tinggi pun beberapa kali aku memimpin rombongan beberapa kali pula kami jadi bertemu jalan buntu. Memang benar sepertinya instingku ini tidak bisa diandalkan hahaha 

Untuk menuju ke tempat yang paling digemari dan mendapatkan spot foto yang bagus nan intagramable, agar tidak tersesat dan melewati lorong-lorong gelap disana sendirian, sebenarnya ada banyak juga jasa yang menawarkan untuk menjadi tour guide dengan bayaran sukarela tapi kami memilih untuk menyusuri jalan dan bertanya kepada warga sekitar. Biar irit.

List terakhir yang kami rencanakan adalah pantai indrayanti. Berhubung realitanya lutut kami sudah terasa leklok jadi untuk ke tempat selanjutnya kami cancel. Akhirnya pun kami memilih untuk menutup hari itu dengan ke malioboro lagi membelanjakan uang kami  yang masih tersisa untuk membeli beberapa buah tangan. Setelah semua yang perlu dan cukup untuk kami beli, ambruk lah kami ditempat penginapan.

(kondisi muka sebelum pulang ke purwokerto, me without make up)

Sebelum aku akhiri tulisan ini, aku sempet nanya sama diri sendiri. Bahagia ga rev bisa dapet cerita liburan bareng temen? sudah tentu bahagia, mungkin lebih bahagia dari aku kalau dikasih voucher makan sebulan. Gitu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kangen nulis

Perjalanan Melahirkan